✎ Menulis di antara suka dan duka
Sunday, December 18, 2022 | December 18, 2022 | 0 comments ✉
Sekian lama rasanya, menulis hanya tinggal satu alasan ketika sedang berduka. Tidak tahu duka apa yang dibawa tetapi sekian lama menghilang, ternyata menulis hanya untuk menyampaikan rasa duka. Sedangkan bila pun menulis itu, semua rasa harus ada. Emosi yang bergelora, menemani jari-jari menekan satu peratu abjad sambil menghirup air teh yang dibikin konon katanya untuk lebih "estetik".

Sekian lama rasanya, ada kala rindu tulisan-tulisan lama. Ada tulisan yang masih menjadi satu kebanggaan "kenapa agaknya saya boleh menulis seperti ini?" dan ada tulisan yang menjadi kelucuan, senyuman sinis menyindir akan keberanian untuk dipertontonkan kepada umum "kenapa agaknya saya menulis selucu ini?".

Dari situ kita faham, diri kita ini mempunyai banyak minat. Sama ada minat yang ditunjuk atau minat yang hanya kita sendiri tahu. Mungkin juga, dalam banyak-banyak minat itu, ada satu yang paling berharga. Contohnya, menulis. Tapi sungguh, begitu sayangnya, menulis hanya kerana "duka" lebih banyak memberikan kesan didalam jiwa. Luka-luka itu juga lebih banyak mengajar erti penulisan.

Dan, maksud dari semua isi penulisan saya hari ini adalah sebenarnya, kenapa ketika kita suka dan gembira, kita tidak dapat menulis isi perasaannya? Mungkin terlalu implisit atau lebih banyak syukur. Entah. Misalnya, si anu dan si dia sedang bercinta, enak dalam asmara tapi satu bait puisi pun tidak pernah diberikan apatah lagi ditulis dengan perasaan. Kemudian, di saat mereka berdua sedang jatuh, tersungkur dalam hubungan yang tidak seperti yang dimahukan, barulah puisi-puisi sibuk ditulis, dibacakan dan ada yang membukukan. Aneh bukan?

Seharusnya menulis itu bukan hanya duka tetapi juga suka.
Atau cuma saya yang begitu?

/